KIAN - Analisis penerapan terapi bercakap - cakap terhadap tanda dan gejala halusinasi pendengaran di RSKD X Jakarta
Latar belakang: Halusinasi merupakan gejala yang paling banyak ditemukan pada
skizofrenia yang mempunyai dampak membahayakan bila tidak ditangani.
Komunikasi perawat dengan pasien sangat diperlukan, tetapi sampai saat ini masih
banyak dijumpai perawat yang kurang komunikasi dengan pasiennya. Pasien masih
banyak yang dikurung karena kurangnya fasilitas untuk ruang perawatan. Akibat
dari terkurungnya pasien maka pasien sering menyendiri. Pada pasien dengan
halusinasi akan asyik dengan dunianya, bila dibiarkan akan bisa membahayakan
diri sendiri dan orang lain. Salah satu penanganan menghadapi pasien dengan
halusinasi adalah dengan terapi bercakap-cakap. Oleh karena itu, dilakukan terapi
bercakap-cakap terhadap perubahan tanda dan gejala halusinasi pendengaran.
Tujuan: menganalisis penerapan terapi bercakap-cakap terhadap tanda dan gejala
halusinasi pendengaran di RSKD X Jakarta. Metode penelitian menggunakan
metode pendekatan kuantitatif dengan studi kasus (case study reseach). Kriteria
inklusi pada karya ilmiah ini terdiri dari pasien dengan halusinasi pendengaran pada
fase comforting, pasien halusinasi yang mampu berkomunikasi dengan baik, dan
pasien tidak mengalami gangguan komunikasi. Sedangkan kriteria eksklusi adalah
jika pasien menolak dan pasien mengalami gangguan bicara. Analisis yang
digunakan dengan analisis univariat untuk menilai tanda dan gejala halusinasi pre
dan post intervensi. Pelaksanaan karya ilmiah ners ini dari tanggal 16 Mei 2023
sampai dengan 26 Mei 2023 di RSKD X Jakarta. Hasil: penelitian ini dilakukan
terhadap 3 pasien. Pasien Tn G sebelum dilakukan intervensi terdapat 11 tanda dan
gejala, setelah dilakukan intervensi 3 kali terdapat 1 tanda dan gejala sehingga
mengalami perubahan 90%. Pasien Tn N sebelum dilakukan intervensi terdapat 11
tanda dan gejala tetapi setelah intervensi masih tersisa sebanyak 4 tanda dan gejala
sehingga mengalami perubahan 63,64%. Sedangkan Tn L sebelum dilakukan
intervensi terdapat 10 tanda dan gejala, setelah dilakukan intervensi ada 3 tanda dan
gejala sehingga mengalami perubahan 70%. Semua pasien dilakukan intervensi
sebanyak 3 kali. Dengan besarnya perubahan tanda dan gejala yang terjadi maka
sangat diperlukan penerapan terapi bercakap-cakap pada pasien halusinasi
pendengaran. Kesimpulan: bahwa terapi bercakap-cakap efektif mengurangi tanda
dan gejala halusinasi pendengaran.
Kata kunci: bercakap-cakap, halusinasi, gangguan jiwa
Detail Information
Citation
Nur Widati. (2023).
KIAN - Analisis penerapan terapi bercakap - cakap terhadap tanda dan gejala halusinasi pendengaran di RSKD X Jakarta(Publish).Bekasi:Prodi Profesi Ners STIKes Mitra Keluarga
Nur Widati.
KIAN - Analisis penerapan terapi bercakap - cakap terhadap tanda dan gejala halusinasi pendengaran di RSKD X Jakarta(Publish).Bekasi:Prodi Profesi Ners STIKes Mitra Keluarga,2023.KIAN Pendidikan Profesi Ners
Nur Widati.
KIAN - Analisis penerapan terapi bercakap - cakap terhadap tanda dan gejala halusinasi pendengaran di RSKD X Jakarta(Publish).Bekasi:Prodi Profesi Ners STIKes Mitra Keluarga,2023.KIAN Pendidikan Profesi Ners
Nur Widati.
KIAN - Analisis penerapan terapi bercakap - cakap terhadap tanda dan gejala halusinasi pendengaran di RSKD X Jakarta(Publish).Bekasi:Prodi Profesi Ners STIKes Mitra Keluarga,2023.KIAN Pendidikan Profesi Ners